Rabu, 29 April 2020

macam-macam bahan baku busana: bahan utama dan bahan pelengkap/tambahan:bahan pelapis dan garnitur

 macam-macam bahan baku busana: bahan utama dan bahan pelengkap/tambahan:bahan pelapis dan garnitur

 Kancing mempunyai model dan ukuran yang bervariasi  macam-macam bahan baku busana: bahan utama dan bahan pelengkap/tambahan:bahan pelapis dan garnitur
 macam-macam bahan baku busana: bahan utama dan bahan pelengkap/tambahan:bahan pelapis dan garnitur


macam macam bahan pelengkap - Kancing
   
        Kancing mempunyai model dan ukuran yang bervariasi. Selain berfungsi sebagai penutup belahan, kancing juga bisa dipakai sebagai hiasan atau asessoris. Dalam memilih kancing hendaknya disesuaikan dengan pakaian atau busana yang kita buat.
Ada beberapa macam kancing, antara lain :
- fungsi bahan pelengkap dalam kerajinan tekstil
    Kancing jepret , Yaitu kancing yang berukuran kecil terdiri atas dua bagian. Satu bagian mempunyai tombol dan tipis satu bagian cekung. Kancing jepret terbuat dari plastik dan ada pula yang terbuat dari stainlisteel.
    Kancing bermata, kancing bermata sering disebut juga sebagai kancing hem atau kancing kemeja yang digunakan untuk pakaian laki-laki. Ukurannya sangat beragam mulai dari yang kecil, menengah dan besar seperti terlihat pada gambar di atas.
    Kancing berkaki, kancing ini biasa digunakan untuk pakaian wanita, baik sebagai hiasan maupun sebagai penutup belahan.Kancing ini sering disebut dengan kancing hias karena bentuknya yang beraneka ragam dan bahan yang digunakan untuk kancing ini juga bermacam-macam seiring perkembangan teknologi dan mode.
    Hak, hak ini disebut juga dengan kancing kait yang terdiri dari dua bagian satu sebagai kaitan dan satunya sebagai pengait. uUkuran kancing ini juga ada yang besar dan ada yang kecil. Hak kecil digunakan pada bra, longtorso, atau penahan belahan setelan pemasangan zipper. Hak yang besar lebih banyak digunakan untuk ban pinggang rok atau celana.

bahan tambahan busana
       Demikian macam-macam kancing yang digunakan sebagai pelengkap busana.
       Selain sebagai pelengkap busana ada juga orang yang memanfaatkan kancing untuk dekorasi semua barang kesayangannya, seperti pada gambar di bawah ini.


- apa yang dimaksud bahan pelengkap
PITA DAN RENDA
PITA

Pita sebagai bahan pelengkap busana tersedia dalam berbagai warna dan ukuran juga terbuat dari beberapa jenis bahan. Contohnya pita organdi terbuat dari bahan organdi, pita satin terbuat dari bahan satin. Ukuran pita sangat bervariasi dari 0,5 cm sampai 3cm, warnanya juga sangat beraneka ragam. Selain bahan polos, pita juga banyak yang terbuat dari bahan yang bermotif atau disebut dengan pita motif.
Pada busana anak pita umumnya dibuat bunga sebagai aksesoris atau untuk ikat pinggang. Sedangkan pada busana wanita dewasa atau busana remaja pita digunakan sebagai bahan sulaman yang disebut dengan teknik sulaman pita.   
- jenis jenis pelengkap busana
RENDA
Renda tersedia dalam beraneka  bahan dan model. Renda yang berasal dari bahan katun digunakan untuk menghias busana dari bahan katun pula. Berikut contoh blus muslim berhias renda katun.
Renda yang terbuat dari bahan sintetis seperti renda organdi lebih sesuai digunakan untuk busna yang berbahan sintetis juga sehingga terlihat kesatuannya dengan bahan pakaian.






BAHAN PELENGKAP BUSANA
         Bahan pelengkap adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan busana yang kita buat. Bahan pelengkap busana tersebut antara lain benang jahit, benang hias, zipper atau ritsluiting, kancing, pita, renda, hak atau kancing kait dan lain-lain.
Benang
            Benang yang digunakan untuk pekerjaan menjahit ada beberapa macam, ini disesuaikan dengan  kebutuhan. Sebagai pedoman dalam pemakaian benang jahit, secara umum dapat dilihat  nomor yang ada pada bungkus benang tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Wancik (1992:62) antara lain :

    Benang no 50 artinya panjang benang 50 meter dan berat 1 gram.Digunakan untuk menjahit bahan yang tidak terlalu tebal / tipis.
    Benang no 60 artinya panjang benang 60 meter berat 1 gram.Digunakan untuk menjahit kain yang sangat tipis.
    Benang no 80 artinya panjang benang 80 meter beratnya 1 gram. Digunakan untuk menjahit bahan jok mobil, terpal, bahan tas atau kulit.Benang ini lebih kasar dan kuat.

Selain itu benang yang digunakan hendaklah disesuaikan dengan serat bahan, ketebalan bahan serta jenis setikan yang diinginkan. Benang yang digunakan sebaiknya mempunyai asal serat yang sama dengan bahan yang akan dijahit. Misalnya benang dari serat alam hendaklah digunakan untuk menjahit bahan yang dari serat alam pula, begitu juga dengan benang dari serat sintetis digunakan untuk menjahit bahan dari serat sintetis
pula.
Untuk setikan hias sering digunakan benang yang relatif   kasar seperti setikan hias pada celana jeans, karena sesuai dengan fungsinya untuk hiasan.
Beberapa jenis benang yang digunakan untuk menjahit dan menghias busana di antaranya yaitu :
1) Benang Jahit
Benang jahit ialah benang yang digunakan untuk menjahit. Halus kasar benang ditentukan menurut nomor benang. Makin tinggi nomor benang makin halus benang tersebut. Misalnya benang jahit no 60 lebih halus dari benang no 50 dan no 40.
2) Benang mouline
yaitu benang yang berlainan warna disering/ dipilin jadi satu sehingga benang mouline disebut juga benang pelangi. Benang ini digunakan untuk menghias pakaian atau kain.
3) Benang melange (benang serabut campur)
yaitu benang yang mempunyai warna beraneka ragam yang dibuat dengan cara dipintal. Digunakan untuk menghias pakaian.
4) Benang yaspis
yaitu benang yang dipilin dari dua benang yang belum dipilin sehingga bentuknya berupa satu benang bulat. Digunakan untuk menghias pakaian.
5) Benang logam
yaitu benang yang terbuat dari logam berlapis plastik atau plastik berlapis logam. Bentuk benang berkilau, ada yang warna perak dan ada yang warna emas. Digunakan untuk menghias pakaian atau lenan rumah tangga dan juga digunakan sebagai bahan untuk tenunan seperti tenun songket.
6) Benang karet
yaitu benang yang terbuat dari karet yang telah divulkanisasi. Benang ini bersifat elastis sehingga banyak digunakan untuk mengerutkan bagian-bagian pakaian.
7) Benang sulam/suji
yaitu benang yang digunakan untuk menyulam/menghias pakaian. Benang suji tersedia dalam aneka warna. Ada yang hanya satu warna dan ada juga yang palang atau warna bertingkat.
8) Benang bordir
yaitu benang yang digunakan untuk membordir atau menyulam dengan mesin. Benang ini mengkilat dan tersedia dalam aneka warna.
9) Benang jagung
yaitu benang yang terbuat dari serat selulosa berwarna krem/broken white. Digunakan untuk membuat renda, menjahit kasur dan lain-lain.
10) Benang tetoron
yaitu benang sintetis yang kuat digunakan sebagai bahan kaitan untuk membuat pelengkap busana berupa tas, ikat pinggang, dan lain-lain.
11) Benang wol
yaitu benang yang agak berbulu dan pilinannya longgar. Digunakan untuk bahan menghias lenan rumah tangga seperti taplak meja, hiasan dinding danlain-lain.
                                                                                                                                                                                                                     
Memilih Bahan Busana
     Sebelum kita membuat suatu busana kita harus dapat memilih bahan busana (bahan tekstil) sesuai dengan yang kita butuhkan. Pengetahuan tentang bahan tekstil sangat kita butuhkan untuk dapat memilih bahan busana dengan tepat. Disini yantis akan berusaha berbagi tentang pengetahuan bahan tekstil yang meliputi :
      1. Bahan Utama Busana
      2. Bahan Pelapis Busana
      3. Bahan Pelengkap Busana
Ketiga pengetahuan tersebut merupakan pengetahuan dasar yang kita butuhkan dalam pembuatan busana.
1. BAHAN UTAMA  BUSANA
    Bahan utama busana adalah bahan tekstil berupa kain yang menjadi bahan pokok dalam pembuatan busana.
    Bahan atau kain yang diperdagangkan sangat beragam jenis dan kualitasnya. Untuk dapat memilih bahan yang  tepat sesuai dengan yang kita harapkan, kita harus memperhatikan faktor-faktor sbb :
1). Disesuaikan dengan desain
Sebelum kita memilih bahan untuk busana yang akan kita buat kita harus menganalisa desain atau model busana secara cermat. Jenis pakaian apa yang akan kita buat, untuk kesempatan apa pakaian tersebut dipakai, siapa yang memakai, bagaimana bentuk tubuh pemakai dll, ini merupakan pedoman bagi kita dalam menentukan bahan busana baik dari segi tekstur, motif, maupun warna bahan.
Letak jatuh bahan yang melangsai pada tubuh atau mengikuti bentuk tubuh dapat diketahui kalau bahan yang
digunakan bertekstur lembut atau melangsai. Untuk bahan yang jatuhnya kaku pada tubuh, dapat diperkirakan kalau bahan yang digunakan agak tebal atau tebal. Begitu juga dengan bahan yang berkilau. Bahan yang berkilau terlihat lebih bercahaya pada desain. Bahan yang tipis dan lembut baik digunakan untuk
model pakaian yang mempunyai lipit-lipit kecil, lipit jarum dan lajur yang dikerut. Contoh bahannya seperti kain chiffon, sutera, saten, dan lain sebagainya. Bahan tipis ada yang transparan atau tembus pandang dan bersifat agak kaku. Contohnya seperti gelas-gelas kaca, organdi dan kain serat nenas. Bahan ini cocok digunakan untuk pakaian yang kerutannya sedikit dan modelnya tidak longgar. Jika pakaian yang dibuat longgar maka letak jatuh bahan pada tubuh terlihat kaku sehingga kesannya kurang bagus. Bahan yang tipis sebaiknya digunakan untuk pakaian yang tidak terlalu sering dipakai seperti pakaian
pesta. Bahan yang tipis biasanya mudah rusak dan lebih rumit dalam pemeliharaannya.
      Bahan yang lembut dan ringan baik digunakan untuk model pakaian yang dikerut atau model pakaian yang agak longgar karena jatuh bahan agak melangsai pada tubuh. Seperti untuk pakaian rumah, pakaian sehari-hari dan pakaian santai.
      Bahan yang agak tebal baik digunakan untuk pakaian berupa mantel, jas, mantel pak dan pantalon terutama untuk jenis pakaian kerja dan pakaian pria. Sesuai dengan
sifat bahan yang tebal dan cukup kuat, maka dapat dibuat untuk pakaian yang sering digunakan. Bahan tebal juga ada yang jatuhnya melangsai dan kaku. Untuk bahan yang agak melangsai dapat digunakan untuk pakaian kerja pria dan wanita berupa jas atau blazer dan pantalon seperti kain bellini, wol, dan lain-lain. Sedangkan bahan yang agak kaku sering digunakan untuk pakaian seragam sekolah seperti rok dan celana sekolah.
     Bahan yang berbulu seperti beledru dapat digunakan untuk model pakaian adat daerah tertentu, pakaian pesta, dan lain-lain. Bahan beledru ini biasanya agak tebal, ada yang lembut dan ada juga yang kaku. Bahan beledru yang berkualitas bagus dapat digunakan untuk pakaian pesta malam. Bahan ini tidak cocok untuk desain pakaian yang memiliki kerutan atau lipit.
     Bahan crepe yaitu bahan yang ada lipatan-lipatan  halus, bisa digunakan untuk beberapa model pakaianpesta siang atau malam, tergantung warna yang dipilih.Bahan ini juga cocok untuk desain yang memiliki kerutan-kerutan  asalkan arah kerut disesuaikan dengan lipit bahan.
     Bahan rajutan, cocok digunakan untuk pakaian santai, kaos kaki, sweater, pakaian bayi terutama untuk baju dingin, dan lain-lain. Biasanya bahan rajutan diolah menggunakan mesin khusus dan sudah berdasarkan pola pakaian tertentu.

2). Memilih bahan yang sesuai dengan pemakai
     Desain pakaian tertentu adakalanya bagus terlihat pada sketsa atau desain, namun setelah pakaian dipakai seseorang bisa saja kecewa karena terlihat aneh memakai pakaian tersebut. Hal ini bisa saja terjadi karena bahan yang digunakan kurang cocok dengan pemakai. Agar tidak keliru dalam memilih bahan sebaiknya bahan yang dipilih di sesuaikan dengan pemakai, seperti jenis bahan, warna bahan, tekstur bahan, corak bahan, dan lain-lain.

Pengaruh jenis bahan terhadap pemakai :

    Bahan yang tebal dan kaku membuat pemakainya terlihat lebih gemuk karena jatuh bahan pada badan    juga kaku.
    Bahan yang lembut dan melangsai membuat pemakainya kelihatan lebih langsing karena jatuh pakaian pada badan mengikuti bentuk tubuh.
    Bahan yang mengkilap atau berkilau juga dapat memberi efek pemakai terlihat lebih gemuk, maka bahan ini cocok dipakai oleh orang yang bertubuh sedang atau kurus.

Pengaruh corak bahan terhadap pemakai :

    Corak bahan yang besar-besar sebaiknya dihindari untuk orang yang bertubuh gemuk. Untuk orang yang bertubuh gemuk sebaiknya memilihbahan yang bercorak tidak terlalu besar dan warna-warnayang tidak terlalu cerah. Sesuai dengan psikologi warna,warna yang terang bersifat melebarkan dan warna yang gelapdapat mengecilkan.
    Corak yang kecil-kecil, hindari pemakaiannya bagi orang yang kurus. Pemakai yang bertubuhkurus dapat menggunakan bahan yang bercorak tidak terlalukecil atau sedang dan memakai warna yang lebih cerah.
    Corak garis diagonal, dapat digunakan untuk menutupi kekurangan bentuk tubuh seseorang yang berpinggul kecil, dan sebaiknya dihindari untuk sesorang yang berpinggul besar.
    Corak garis vertikal sangat tepat untuk orang yang bertubuh pendek/gemuk pendek, karena akan memberi kesan lebih tinggi.
    Corak garis horisontal lebih sesuai untuk orang yang bertubuh tinggi/kurus tinggi agar kelihatan lebih berisi.

Warna bahan merupakan hal yang sangat penting diperhatikan.

    Warna gelap atau redup hendaknya dihindari bagi orang yang berkulit gelap karena dapat memberi kesan pemakainya bertambah hitam/gelap.
    Pemakaian warna yangagak lembut dan terang seperti warna-warna pastel sangatcocok karena dapat memberikan efek lebih terang pada wajahdan kulit.
    Sedangkan bagi pemakai yang berkulit kuninglangsat atau putih, hindari pemakaian bahan dengan warna-warna yang lembut dan terlalu terang karena efeknya wajahterlihat lebih pucat.

3). Memilih bahan yang sesuai dengan kesempatan
      Untuk pakaian-pakaian yang sering digunakan seperti pakaian kerja, pakaian rumah, pakaian santai, pakaian sekolah dan pakaian olah raga sebaiknya menggunakan bahan yang menghisap keringat dan umumnya dibuat dari serat alam atau campuran serat alam seperti katun, tetoron, batik cocok digunakan.
      Untuk pakaian pesta, seperti pesta siang, pesta malam, dapat dipilih bahan seperti sutera, brokat, saten, chiffon, beledru dan lain-lain. Untuk pesta siang atau pesta malam, bahan yang digunakan tidak sama. Begitu juga dengan jenis pesta yang dihadiri seperti pesta perkawinan, pesta ulang tahun, pesta selamatan, dan lain-lain. Setiap kesempatan pesta, menuntut penampilan yang berbeda pula.

    Pakaian untuk pesta siang hendaklah dipilih bahan yang sedikit mewah tetapi tidak berkilau.
    Sebaliknya untuk menghadiri pestamalam, dapat dipilih pakaian dari bahan yang mewah, berkilau dan berwarna cerah.

     Untuk pakaian rumah dan pakaian tidur dapat dipilih bahan yang lembut dan nyaman dipakai, seperti katun, lenen, rayon dengan warna yang lembut atau netral. Ini dapat membuat kita nyaman karena aktifitas di rumah banyak dan juga sebagai tempat beristirahat setelah capek bekerja.
     Untuk pakaian olahraga sebaiknya memilih bahan yang menghisap keringat dan elastis agar tidak mengganggu pergerakan. Beberapa jenis olah raga menuntut pakaian yang elastis seperti pakaian renang, senam, lari dan lain-lain. Tetapi untuk pakaian karate, taekwondo, pencak silat dapat dipilih bahan yang menghisap keringat seperti kain katun yang agak tebal.

2. BAHAN  PELAPIS (lining dan interlining)
Bahan pelapis secara garis besar dapat dibagi atas 2 kelompok yaitu lining dan interlining.
a. Lining
Lining merupakan bahan pelapis berupa kain yang melapisi bahan utama sebahagian maupun seluruhnya. Bahan lining sering juga disebut dengan furing. Bahan lining yang sering dipakai diantaranya yaitu kain hero, kain hvl, kain abutai, kain saten, kain yasanta, kain dormeuil england dan lain-lain.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan lining yaitu :
1) Jenis bahan utama
Jika bahan utama busana bersifat agak kaku seperti bahan untuk pakaian kerja, berupa jas atau semi jas, blazer dan lainlain, hendaklah menggunakan bahan lining yang bertekstur hampir sama, seperti kain hero dan kain abutai agar dapat mengimbangi bahan luarnya. Begitu juga dengan bahan luar yang tipis dan melangsai. Untuk bahan yang melangsai sebaiknya juga menggunakan bahan lining yang lembut dan melangsai seperti kain yasanta, hvl, dll. Bahan yang melangsai dan lembut seperti sutera, terutama bahan yang harganya mahal, lining yang digunakan hendaklah yang sebanding, dengan kata lain lining yang digunakan dapat mempertinggi mutu busana yang dibuat. Untuk bahan yang tipis atau tembus pandang seperti tile atau chiffon dapat menggunakan bahan yang mengkilat seperti saten, tetapi jika pemakai tidak menyukai bahan yang mengkilat dapat juga digunakan bahan yang lembut dan melangsai atau tidak kaku.
2) Warna bahan
Warna bahan untuk lining disesuaikan dengan warna bahan utamanya. Tetapi untuk efek warna tertentu terutama untuk bahan yang tipis dan tembus pandang dapat digunakan warna yang diinginkan, tentunya yang serasi dengan bahan. Bahan lining dapat dipilih bahan dengan warna yang sedikit lebih tua atau sedikit lebih muda dari bahan utamanya.
3) Sifat luntur dan susut kain.
Bahan lining adakalanya luntur dan susut setelah dicuci, terutama lining yang berasal dari bahan katun. Agar lining yang digunakan tidak luntur atau susut setelah dibuatkan busana, hendaklah sebelum digunting terlebih dahulu dicuci dan dikeringkan lalu disetrika. Untuk bahan lining yang luntur setelah dicuci sebaiknya ditukar dengan bahan yang tidak luntur. Bahan yang luntur dapat merusak warna busana yang dibuat.
4) Kesempatan pemakaian busana.
Pemilihan bahan untuk lining juga perlu memperhatikan kesempatan pemakaian busana. Seperti sweater atau baju  dingin atau jaket hendaklah menggunakan lining yang dapat menghangatkan tubuh karena sweater atau jaket ini sering digunakan pada saat udara dingin atau untuk berkendaraan roda dua. Lining yang dapat digunakan diantaranya kain abutai atau sejenisnya. Begitu juga dengan pakaian kerja, hendaklah dipilih bahan lining yang dapat menghisap keringat dan dapat memberi kenyamanan pada saat bekerja, seperti kain hero dan sejenisnya.
b. Interlining
Interlining merupakan pelapis antara, yang membantu membentuk siluet pakaian. Interlining sering digunakan pada bagian-bagian pakaian seperti lingkar leher, kerah, belahan tengah muka, ujung bawah pakaian, bagian pundak pada jas, pinggang dan lain-lain. Interlining banyak jenisnya, diantaranya ada yang mempunyai lem atau perekat dan ada yang tidak berperekat. Interlining yang mempunyai lem atau perekat biasanya ditempelkan dengan jalan disetrika pada bahan yang akan dilapisi. Begitu juga dengan ketebalannya. Interlining ini ada yang tebal seperti untuk pengeras kerah dan pengeras pinggang. Interlining yang relatif tipis dapat digunakan untuk melapisi belahan tengah muka, saku, deppun leher, kerah dan lain-lain.
Jenis-jenis interlining antara lain :

    Trubenais yaitu kain pelapis yang tebal dan kaku, baikdigunakan untuk melapisi kerah kemeja dan kerah boardatau krah yang letaknya tegak atau kaku dan banpinggang. Trubenais ini ada yang dlapisi plastik dan adajuga yang tidak dilapisi. Trubenais yang dilapisi lebih praktis dalam pemakaiannya karena hanya perludisetrikakan pada bahan yang hendak dilapisi. Sedangkantrubenais yang tidak dilapisi plastik terlebih dahulu perlu dijahitkan pada bahan yang akan dilapisi. Trubenais jenisini biasanya dipakai untuk melapisi ban pinggang rok atau celana.
    Fisilin yaitu pelapis yang relatif tipis dan mempunyai perekat/lem yang mencair jika disetrika. Jenis ini ada yangsangat tipis, sedang dan agak tebal. Yang baik kualitasnyabiasanya yang sangat tipis. Jenis ini berbentuk serabut  yang berupa lembaran dan mudah robek. Fisilint sering digunakan untuk melapisi kerah pakaian wanita, lapisanbelahan, lapisan rumah kancing vasfoal, dan lain-lain.
    Bulu kuda, yaitu pelapis yang biasanya digunakan untuk melapisi bagian dada jas atau mantel. Berupa lembarankain tipis yang berwarna agak kecoklatan dan mempunyai lem. Lem ini juga mencair jika disetrika pada bahaan yang akan dilapisi.
    Pelapis gula merupakan pelapis yang sangat cocok digunakan untuk melapisi bagian dada dan punggungpakaian resmi pria seperti semi jas. Pelapis ini berupa lembaran kain tipis berwarna putih yang dilapisi dengan lem berbentuk gula. Untuk melapisi bagian busana dapatditempelkan dengan cara disetrika pada bahan.

Agar pakaian yang dihasilkan lebih bagus siluetnya hendaklah digunakan lining dan interlining yang tepat sehingga dapat mempertinggi mutu busana yang dihasilkan.
Okai teman sementara itu dulu, mengenai bahan pelengap ikuti saja entri berikutnya.

- faktor yang dapat merusak bahan pangan


ASAL USUL PAKAIAN BUNGKUS
 Assalamu'allaikum teman, jumpa lagi dengan yantis. Kali ini Yanti mau melanjutkan tentang asal usul busana yang kedua yaitu asal-usul pakaian bentuk bungkus. Yuk kita ikuti penjelasannya sbb :
Pakaian bungkus
Bentuk pakaian bungkus merupakan pakaian yang berbentuk segi empat panjang yang dipakai dengan cara dililitkan atau dibungkus ke badan mulai dari dada, atau dari pinggang sampai panjang yang diinginkan seperti celemek panggul. Pakaian bungkus ini tidak dijahit, walaupun pada saat pakaian bungkus ini muncul jarum jahit sudah ada. Pemakaian pakaian bungkus ini dengan cara dililitkan ke tubuh seperti yang ada di India yang dinamakan sari, toga dan palla di Roma, chiton dan peplos di zaman Yunani kuno, kain panjang dan selendang di Indonesia.
Pada perkembangannya, pakaian bungkus berbeda-beda dalam cara pemakaiannya untuk tiap daerah, sehingga muncul pakaian bungkus yang namanya berbeda-beda diantaranya :
a. Himation, yaitu bentuk busana bungkus yang biasa di pakai oleh ahli filosof atau orang terkemuka di   Yunani Kuno. Himation ini panjangnya 12 atau 15 kaki yang terbuat dari bahan wol atau lenan putih yang seluruh bidangnya di sulam. Busana ini dapat dipakai diatas chiton atau dengan mantel. Bentuk busana yang
hampir menyerupai himation ini yaitu pallium yang biasa dipakai diatas toga oleh kaum pria di Roma pada abad kedua.
b. Chlamys, yaitu busana yang menyerupai himation, yang berbentuk longgar. Biasanya dipakai oleh kaum pria Yunani Kuno.
c. Mantel/shawl, yaitu busana yang berbentuk segi empat panjang yang dalam pemakaiannya disampirkan pada satu bahu atau kedua bahu. Pada bagian dada diberi peniti sehingga muncul lipit-lipit dan pada kedua ujungnya diberi jumbai-jumbai.
d. Toga, merupakan bentuk pakaian resmi yang dipakai sebagai tanda kehormatan dizaman republik dan kerajaan di Roma. Ada beberapa jenis toga diantaranya yaitu, toga palla yaitu toga yang dipakai saat berkabung dan toga trabea yang dibuat menyerupai cape bayi.
e. Palla, yaitu busana wanita Roma dizaman republik dan kerajaan, dipakai di atas tunika atau stola. Pemakaiannya hampir sama dengan shawl yang disemat dengan peniti. Warna palla pada umumnya warna biru, hijau dan warna keemasan.
f. Paludamentum, sagum dan abolla, yaitu sejenis pakaian jas militer dizaman prasejarah.
g. Chiton, yaitu busana pria Yunani Kuno yang mirip dengan tunik di Asia. Bahan chiton biasanya terbuat dari bahan wol, lenan dan rami yang diberi sulaman dengan benang berwarna dan benang emas sebagai pengaruh tenunan Persia.
h. Peplos dan haenos, yaitu busana wanita Yunani Kuno yang bentuk dasarnya sama dengan chiton, ada yang dibuat panjang dan ada yang pendek. Pada bagian bahu ada lipit-lipit yang ditahan dengan peniti dan ada kalanya pada pinggang juga dibuat lipit-lipit sehingga terlihat seperti blus. Peplos dari Athena memakai ikat pinggang yang diikat di atas lipit-lipit di pinggang.
i. Cape atau cope, yaitu busana paling luar pada pakaian pria di Byzantium yang berbentuk mantel yang diikat pada bahu atau leher dan diberi hiasan bros.
Okay itu  macam-macam bentuk pakaian bungkus yang dipakai oleh nenek moyang kita pada masa lampau dan mungkin untuk daerah-daerah pelosok jenis atau bentuk pakaian ini masih dipakai contohnya di Jawa nenek-nenek masih banyak yang memakai kain untuk menutupi tubuh bagian bawahnya.

- macam macam bahan utama tekstil
Asal usul Busana
Assalamu'allaikum Teman-teman, jumpa lagi di postingku yang ke-2. Kali ini saya mau berbagi tentang asal-usul busana. Busana yang kita pakai sejak kecil ternyata ada sejarahnya. Mau tahu bagaimana sejarahnya ?
Asal Usul Busana
Busana merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia disamping kebutuhan makanan dan tempat tinggal. Hal inipun sudah dirasakan manusia sejak zaman dahulu dan berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia. Dilihat dari sejarah perkembangan kebudayaan manusia, dapat kita pelajari hal-hal yang ada hubungannya dengan busana. Pada dasarnya busana yang berkembang dimasyarakat dewasa ini merupakan pengembangan dari bentuk dasar busana pada peradaban Barat. Namun busana baratpun hadir atas sumbangan yang tumbuh dari tiga akar budaya yaitu Yunani Kuno, Romawi dan
Nasrani. Seiring dengan perkembangan zaman, busana mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan Ilmu, pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS).
Pada zaman prasejarah manusia belum mengenal busana seperti yang ada sekarang. Manusia hidup dengan cara berburu, bercocok tanam dan hidup berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain dengan memanfaatkan apa yang mereka peroleh di alam sekitarnya. Ketika mereka berburu binatang liar, mereka
mendapatkan dua hal yang sangat penting dalam hidupnya yaitu daging untuk dimakan dan kulit binatang untuk menutupi tubuh. Pada saat itu manusia baru berfikir untuk melindungi badan dari pengaruh
alam sekitar seperti gigitan serangga, pengaruh udara, cuaca atau iklim dan benda-benda lain yang berbahaya.
- pelengkap busana milineris Cara yang dilakukan manusia untuk melindungi tubuhnya pada saat itu berbeda-beda sesuai dengan alam sekitarnya. Di daerah yang berhawa dingin, manusia menutup tubuhnya dengan kulit binatang, khususnya binatang-binatang buruan yang berbulu tebal seperti domba. Kulit binatang tersebut dibersihkan terlebih dahulu dari daging dan lemak yang menempel lalu dikeringkan. Hal ini biasanya dilakukan oleh kaum wanita. Begitu juga dengan daerah yang panas, mereka memanfaatkan kulit kayu yang direndam terlebih dahulu lalu
dipukul-pukul dan dikeringkan. Ada juga yang menggunakan daun-daun kering dan rerumputan. Selain itu ada yang memakai rantai dari kerang atau biji-bijian yang disusun sedemikian rupa dan untaian gigi dan taring binatang. Untaian gigi dan taring binatang ini dipakai di bagian leher, pergelangan tangan, pergelangan kaki dan pada panggul sebagai penutup bagian-bagian tertentu pada tubuh. Pemakaian untaian gigi, taring dan tulang, selain berfungsi untuk penampilan dan keindahan juga berhubungan dengankepercayaan atau tahayul. Menurut kepercayaan mereka, dengan memakai benda-benda tersebut dapat menunjukkan kekuatan atau keberanian dalam melindungi diri dari roh-roh jahat dan agar selalu dihormati. Cara lain adalah dengan menoreh tubuh dan wajah dan diberi bahan pewarna yang lebih dikenal men “tattoo”. Namun mentatto menurut Roosmy M Sood dalam Dra. Arifah A Rianto, M.Pd (2003:44) bahwa semua yang dilakukan oleh masyarakat primitif
belum dapat dikatakan berbusana karena seni berbusana baru muncul setelah masyarakat mengenakan penutup tubuh dari kulit binatang, kulit kayu atau bahan-bahan tenunan. Bersamaan dengan penemuan bahan busana baik dari kulit binatang maupun kulit kayu dan cara pemakaiannya maka lahirlah bentuk dasar busana. Bentuk dasar busana yang terdapat di Indonesia, yaitu kutang, pakaian bungkus, poncho, kaftan dan celana.
Untuk lebih jelasnya, bentuk dasar busana akan diuraikan satu persatu.
1. Kutang.
Bentuk dasar kutang merupakan bentuk pakaian yang tertua, bahkan sebelum orang mengenal adanya kain lembaran yang berupa tenunan, orang sudah mengenal bentuk pakaian ini. Bentuk kutang menyerupai silinder atau pipa tabung yang berasal dari kulit kayu yang dipukul-pukul sedemikian rupa sehingga kulit tersebut terlepas dari batangnya dan dipakai untuk menutupi tubuh dari bawah ketiak sampai panjang yang diinginkan. Pada zaman dahulu penduduk asli Amerika yaitu suku Indian sudah mengenal pohon kutang yang kulitnya dipakai sebagai penutup tubuh. Negeri asal kutang yaitu Asia, lalu dibawa ke Iran, Asia kecil, Mesir dan Roma di Eropa. Di Asia dan Afrika bentuk pakaian ini menjadi bentuk utama pakaian walaupun berbeda ukuran panjang dan bentuknya. Ada beberapa jenis pakaian kutang yang dikenal yaitu :
a. Tunik
Tunik atau disebut juga tunika merupakan salah satu bentuk busana kutang yang dikenal pada zaman prasejarah. Pemakaiannya dari bawah buah dada sampai mata kaki yang diberi dua buah tali / ban ke bahu. 
  Macam-macam tunik
 Kancing mempunyai model dan ukuran yang bervariasi  macam-macam bahan baku busana: bahan utama dan bahan pelengkap/tambahan:bahan pelapis dan garnitur
b. Kandys
Kandys merupakan busana yang berasal dari bentuk kutang yang dipakai oleh pria Hebren di Asia Kecil pada zaman prasejarah. Busana ini longgar dengan lipit-lipit pada sisi sebelah kanan dan lengannya berbentuk sayap.
 Kancing mempunyai model dan ukuran yang bervariasi  macam-macam bahan baku busana: bahan utama dan bahan pelengkap/tambahan:bahan pelapis dan garnitur
 - contoh bahan utama
gambar kandys
c. Kalasiris
Kalasiris yaitu busana wanita Mesir zaman prasejarah. Kalasiris berbentuk dasar kutang, panjangnya sampai mata kaki, longgar dan lurus, adakalanya memakai ikat pinggang dan lengan setali. Kalasiris kadang-kadang dipakai bersama mantel dan cape yang berbentuk syaal sebagai tambahan.

gambar busana kaliris
 Kancing mempunyai model dan ukuran yang bervariasi  macam-macam bahan baku busana: bahan utama dan bahan pelengkap/tambahan:bahan pelapis dan garnitur
Oke teman itu sejarah busana model kutang, masih ada lagi asal-usul busana untuk model yang lain. Ikuti saja postingku di episode mendatang. Terimakasih dan kutunggu komentar teman-teman.





Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang  macam macam bahan pelengkap

, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang 4 Cara Membuat Bunga dari Kantong Kresek Bekas 

. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.

buka mesin jahit : http://yantis-pendidikantatabusana.blogspot.co.id/2011_12_01_archive.html